MEDIA PERIKLANAN

Jumat, 28 Agustus 2009

Kursi

Kursi adalah sebuah perabotan yang biasa digunakan untuk duduk. Biasanya memiliki 4 kaki untuk mendukung berat. Beberapa jenis kursi, seperti barstool, hanya memiliki 1 kaki di tengah. Terkadang kursi memiliki sandaran kaki.

Sebagian kursi 4 kaki memiliki desain yang memungkinkannya menyangga beban 120 kilogram.

Praktis Memilih Kursi Klasik

Pada era tahun 1970-an, kursi klasik sangat diminati masyarakat karena konon jenis kursi yang satu ini sangat identik dengan kalangan atas.

Bahkan sampai sekarangpun, kursi klasik tetap memiliki tempat dihati masyarakat mengingat kian menjamurnya perajin furniture asal jepara yang menawarkan kursi, lemari, bufet, hingga tempat tidur dengan desain klasik yang menawan.

Hanya saja, kursi klasik versi jepara ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga cocok juga ditempatkan dirumah-rumah tropis dengan luas yang tidak terlalu besar. Seperti halnya kursi gaya regency versi Jepara yang mengadopsi ekspresi regency dengan gaya Perancis yang muncul pada tahun 1810-1837 dan semp-at mencuat ke masa transisi periode Barok ke Periode Rokoko.

Agar tak salah pilih, berikut ini ada beberapa tip memilih kursi klasik, antara lain :

1. Pilihlah gaya furniture yang sesuai dengan gaya arsitektur bangunan rumah.
2. Selaraskan pula kursi klasik pilihan anda dengan gaya interior yang ada di rumah.
3. Perhatikan secara cermat, apakah pada kursi klasik pilihan anda terdapat cacat atau retakan pada bagian ukirannya. Jika cacat tersebut mengganggu tampilan kursi atau mempengaruhi kekokohan konstruksi kursi, sebaiknya alihkan pilihan pada kursi lainnya.
4. Sebaiknya pilih kursi klasik yang berkualitas tinggi. Umumnya terbuat dari kayu jati yang sudah tua.
5. Jika penjual mengatakan kursi klasik idaman anda tergolong antik, tanyakan keasliannya (benar-benar asli atau hanya merupakan replika). Tanyakan pula secara detail tahun berapa dibuatnya.

SIFAT DAN KEGUNAAN 120 JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA

1. PENGANTAR

Tulisan ini dibuat utamanya adalah untuk dibaca masyarakat umum, agar informasi yang ada di dalamnya dapat diketahui dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Sumber Data dan Informasi yang tertuang dalam tulisan ini adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor.

2. PENGERTIAN

Pengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur.

Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya.

Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya.

Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.

3. KEGUNAAN

Artinya angka kegunaan pada lajur 7 adalah sebagai berikut :

1. Bangunan
2. Kayu lapis
3. Mebel
4. Lantai
5. Papan dinding
6. Bantalan
7. Rangka pintu dan jendela
8. Bahan pembungkus
9. Alat olah raga dan musik
10. Tiang listrik dan telepon

11. Perkapalan
12. Patung, ukiran & kerajinan tangan
13. Finir mewah
14. Korek api
15. Pulp
16. Alat gambar
17. Potlot
18. Arang
19. Obat-obatan
20. Moulding

4. PENYEBARAN

Arti angka penyebaran dalam lajur 6 adalah sebagai berikut :
1. Sumatera
2. Jawa
3. Kalimantan
4. Sulawesi
5. Maluku
6. Nusa Tenggara
7. Irian Jaya

Sifat dan Kegunaan 120 Kelompok Jenis Kayu Perdagangan Indonesia

No.


Jenis Kayu


B.J. Rata2


Kelas Awet


Kelas Kuat


Penyebaran


Kegunaan

1


2


3


4


5


6


7

1


Agathis


0,49


IV


III


1,2,3,4,5,7


1,2,3,7,8,9,14,15,17

2


Anpupu


0,89


III,I


II,I


5,6


1,4,5,6,10,11

3


Bakau


0,94


III


I,II


1,2,3,4,5,6,7


1,15

4


Balau


0,98


I


I,II


1,3,4


1,4,6,10,11

5


Balsa


-


V


V


2


9,12

6


Bayur


0,52


IV


II,III


1,2,3,4,5,6


1,2,3,7,11,12

7


Bangkirai


0,91


1,II,III


I,II


3


1,2,3,4,6,11

8


Bedaru


1,84


I


I


1,3


1,3,6,9,11,12

9


Belangeran


0,86


II,I,III


I,II


1,3


1,3,4,6,7,11

10


Benuang


0,33


V


IV,V


1,3,4,5


2,8,14,15

11


Benuang Laki


0,39


IV,V


IV,V


2,3,4,5,6,7


1,2,5,8,11

12


Berumbung


0,85


II


II,I


1,3


1,3,4,5,9,11,12,20

13


Bintangur


0,78


III


II,III


1,2,3,4,5,6


1,2,3,4,5,6

14


Bongin


1,82


III


I


1,3


1,3,4,13

15


Bugis K.


0,88


III,IV


II,III


3,4,5,7


1,3,4,5,6,7,11,20

16


Bungur


0,88


II,III


I,II


1,2,3,4,5,6


1,3,4,5,6,7,11

17


Cemara


-


II,III


I,II


1,2,4,5,6,7


1,4,5,6,10,11,18

18


Cempaga


0,71


II,III


II


1,2,3,4,5,6


1,2,3,4,5,6,9,10,11

19


Cempaka


-


II


III,IV


1,2,3,4,5,7


1,2,3,4,5,7,9,12,13,16,17,20

20


Cendana


0,84


II


II,I


2,6


12,19

21


Cengal


0,70


II,III


II,III


1,2


1,2,3,4,5,6,7,11

22


Dahu


0,58


IV


III,IV


1,2,3,4,5,7


3,4,5,13

23


Durian


0,64


IV,V


II,III


1,2,3,4,5


1,2,8

24


Ebony


1,05


I


I


4,5


3,12,13

25


Gadok


0,75


III,II


II,III,I


1,2,4,5,6,7


1,4,5,11

26


Gelam


-


III


II


1,2,3,4,5,6,7


1,4,5,6,10,11,18

27


Gerunggang


0,47


IV


III,IV


1,3,4,5


1,2,8

28


Gia


0,91


I,IV


I,II


3,4,5,7


1,4,5,6,10,11

29


Giam


0,99


I


I


1,3


1,4,6,10,11

30


Gisok


0,83


II,III


II,I


1,3


1,2,3,4,5,7,11

31


Gofasa


0,74


II,III


II,III


4,5,7


1,3,4,5,6,7,9,11,12,18,20

32


Jabon


0,42


V


III,IV


1,2,3,4,5,6


2,8,14,15

33


Jangkang


0,63


IV,V


III,II


1,3,4,5,7


2,5,7,8,12,20

34


Jati


0,70


I,II


II


2,4,6


1,3,4,5,6,10,11,12,13

35


Jelutung


0,40


V


III,V


1,3


2,8,12,16,17,20

36


Jeungjing


0,33


IV,V


IV,V


1,5


1,2,8,14,15

37


Jobar


0,84


I,II


II,I


1,2


1,3,4,5,12,13,18

38


Kapuk Hutan


0,30


V


IV,V


1,2,4,5,6,7


2,8,14,15,20

39


Kapur


0,81


II,III


II,I


1,3


1,2,3,4,5,6,7,11

40


Kedunba


0,84


IV


III


1,3


1,2,3,4,5,6,7,20

41


Kemenyan


0,57


IV,V


III,II


1,2


1,2,5,8,12,14,17,20

42


Kemeri


0,31


V


IV,V


1,2,4,5


2,8,14,15

43


Kempas


0,95


III,IV


I,II


1,3


1,2,4,6

44


Kenanga


0,33


V


IV,V


1,2.4,5,7


2,8,12,14,15,20

45


Kenari


0,55


IV


III


1,2,3,4,5,6


1,2,4,5,7

46


Keruing


0,79


III


I,II


1,2,3


1,2,4,5,6,11

47


Keranji


0,98


I


I,II


1,2,3


1,2,4,5,6,7,11

48


Kesambi


0,01


III


I


2,4,5,6


1,4,5,6,11,18

49


Ketapang


-


III,IV


II,III


1,2,3,4,5,6,7


1,2,3,4,5,7,8,11,14,20

50


Kolaka


0,96


III


I


1,2,3,4,5,6,7


1,4,5,6,11

51


Kuku


0,87


II


I


1,3,4,5,7


3,4,5,11,13

52


Kulim


0,94


I,II


I


1,3


1,2,4,6,10,11

53


Kupang


-


II,IV


II,III


1,2,3,4,5


1,2,3,4,5,7,11,13,20

54


Lara


1,15


I


I


4,5


1,4,6,10,11

55


Lasi


0,01


II


II


4,5


1,3,4,5,12,13

56


Leda


0,57


IV,V,II


II,IV


4,5


1,2,5,7,8,10,11,20

57


Mahang


-


IV,V


II,IV


1,2,3


1,2,5,7,8,14,15,20

58


Mahoni


0,64


III


II,III


2


1,2,3,4,5,7,11,12

59


Malas K.


1,04


II,III


I


1,3


1,4,5,6,11,18

60


Matoa


0,77


III,IV


II,I,III


1,2,4,5,6,7


1,3,4,7,11

61


Medang


-


III,IV


II,V


1,2,3,4,5,6,7


1,2,3,4,5,7,8,11,12,20

62


Melur


0,52


IV


II,IV


1,2,3,4,5,5,7


1,2,3,4,5,7,9,16,17

63


Membacang


-


II,V


II,III


1,2,3,4,5,5,7


2,5,8,12,14,20

64


Mendarahan


-


V


II,IV


1,2,3


2,5,7,8,20

65


Menjalin


-


V


I,III


1,2,3


1,2,5

66


Mensira G.


0,61


V


II,III


1,2,4,5,6,7


1,2,5,7,20

67


Mentibu


0,53


IV,V


III


1,3


1,2,7,8

68


Merambung


0,38


V


IV,V


1,2,3,4,5,6,7


2,8,14,15

69


Meranti M.


0,55


III,IV


II,IV


1,3,4,5


1,2,3,4,5,8,15

70


Meranti P.


0,54


III,IV


II,IV


1,3,4,5


1,2,3,4,5,8,15

71


Merawan


0,70


II,III


II,III


1,3


1,2,3,4,5,6,7,9,11

72


Merbau


0,88


I,II


I,II


1,2,3,4,5,6,7


1,4,5,6,10,11

73


Merpayang


0,65


V


II,III


1,3


1,2,3,5,7,8,11,20

74


Mersawa


0,46


IV


II,III


1,3


1,2,4,5,11

75


Nyatoh


0,67


II,III


II,I,II


1,2,3,4,5,7


1,2,4,5,7,9,11

76


Nyirih


-


II,III


II


1,2,3,4,5,6,7


1,2,3,4,5,6,7,11,13,18,20

77


Pasang


-


II,IV


I,III


1,2,3,4,5,6,7


1,2,3,4,5,6,11,13,18

78


Patin K.


0,92


I


I,II


1


1,2,3,4,5,6,7,11,12

79


Pelawan


-


I,II


I


1,3


1,4,6,10,11,18

80


Perepat Darat


0,76


III


II


1,3


1,3,4,5,11

81


Perepat Laut


0,78


II,III


II,I


1,2,3,4,5,6,7


1,4,5,7,11

82


Perupuk


0,56


IV,V


II,III


1,3,4


1,2,3,8,14,15

83


Petaling


0,91


I,II


I,II


1,3


1,4,5,6,9,10,11

84


Petanang


0,75


III


II


1


1,4,5,6,11

85


Pilang


0,79


III


II


2,6


1,2,3,4,5

86


Pimping


-


III,IV


I,II


1,2,3,4,5,6,7


1,2,5,6,8,11,14,20

87


Pinang K.


0,66


III,IV


II,III


1,3


1,2,3,4,5,7,11,20

88


Pulai


0,46


III,V


IV,V


1,2,3,4,5,6,7


2,8,12,14,15,16,20

89


Punak


0,76


III,IV


II


1,3


1,2,3,4,5,7,11,20

90


Puspa


-


III


II


1,2,3


1,2,4,5,10,11,18

91


Putat


-


II,III


I,II


1,2,3,4,5,6,7


1,3,4,5,6,7,11,18

92


Ramin


0,63


IV


II,III


1,3


1,2,3,4,5,7,20

93


Rasamala


0,81


II,III


II


1,2


1,4,5,7,10,11

94


Rengas


0,69


II


II


1,2,3


3,4,5,6,12,13

95


Resak


0,70


III


II


1,3,5,7


1,2,4,6,7,11

96


Salimuli


0,64


I,II


II,III


2,5,6


3,4,9,12

97


Sampang


-


V


III,IV


1,2,3


2,5,7,8,12,14,15,20

98


Saninten


0,76


III


II


1,2


1,4,5,7

99


Sawokecik


1,03


I


I


1,2,4,5,6


3,4,5,9,12,13,20

100


Sendok-sendok


0,45


V


III,II


1,3,5,7


2,5,8,12,14,15,20

101


Simpur


-


III,V


I,III


1,2,3,4


1,2,3,4,5,11,18

102


Sindur


-


II,V


II,III


1,3,4,5


1,2,3,4,5,7,11

103


Sonokeling


0,90


I


II


2


3,4,5,9,12,13

104


Sonokembang


0,65


II,I,II


II,I,II


1,2,4,5,6


1,3,4,5,12,13

105


Sungkai


0,63


III


II,III


1,2,3


1,3,4,5,12,13

106


Surian


-


III,V


III,IV


1,2,3,4,5,6,7


1,2,3,5,7,8,11,12

107


Surianbawang


0,60


II,IV


II,III


1,3,5,7


1,2,3,4,5,7,11,20

108


Tanjung


1,08


I,II


I


1,2,4,5,6


1,2,3,4,5,7,11

109


Tembesu


0,81


I


II


1,2,3


1,4,5,6,10,11

110


Tempimis


1,01


I


I


1,4


1,4,5,6,7,9,11

111


Tepis


-


IV,V


II,IV


1,3


1,2,3,5,7,14,20

112


Teraling


0,75


II,IV


II


1,2,4


1,2,3,4,5,7,9

113


Terap


0,44


III,V


III,V


1,2,3,4,5,6,7


1,2,5,8,11

114


Terentang


0,40


IV


III,IV


1,3


2,8,14,15

115


Trembesi


0,61


IV


III


1,2,4,5,6


1,2,3,4,5,7,11,12,13

116


Tualang


0,83


III,IV


II,I,II


1,3,4


1,2,3,4,5,7,11

117


Tusam


0,55


IV


III


1,2,4,6


1,2,8,14,15,16,17

118


Ulin


1,04


I


I


1,3


1,4,6,10,11

119


Walikukun


0,98


II


I


2,6


1,4,5,6,9,10,11,18

120


Weru


0,77

Kegunaan Kayu Jati

Kayu jati mengandung semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap.

Jati sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-kapal VOC yang melayari samudera di abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti jembatan dan bantalan rel.

Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku furniture, kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir.

Dalam industri kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal; serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah.

Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap.

Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia dan Myanmar.

Fungsi ekonomis hutan jati jawa: hasil hutan kayu

Sebagai jenis hutan paling luas di Pulau Jawa, hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting.

Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak jaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Sampai dengan masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.

Selain itu, jati digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Beberapa daerah yang berdekatan dengan hutan jati di pantai utara Jawa pun pernah menjadi pusat galangan kapal, seperti Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan. Namun, galang kapal terbesar dan paling kenal berada di Jepara dan Rembang, sebagaimana dicatat oleh petualang Tomé Pires pada awal abad ke-16.

VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, Kompeni Hindia Timur Belanda) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa —tepatnya di Jepara— pada 1651. VOC juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya. Ini karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia yang saat itu sedang mencapai puncak keemasannya.

Di pertengahan abad ke-18, VOC telah mampu menebang jati secara lebih modern. Dan, sebagai imbalan bantuan militer mereka kepada Kerajaan Mataram di awal abad ke-19, VOC juga diberikan izin untuk menebang lahan hutan jati yang luas.

VOC lantas mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan kayu jati kepada VOC dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa.

VOC kemudian memboyong pulang gelondongan jati jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia.

Di pantai utara Jawa sendiri, galangan-galangan kapal Jepara dan Rembang tetap sibuk hingga pertengahan abad ke-19. Mereka gulung tikar hanya setelah banyak pengusaha perkapalan keturunan Arab lebih memilih tinggal di Surabaya. Lagipula, saat itu kapal lebih banyak dibuat dari logam dan tidak banyak bergantung pada bahan kayu.

Namun, pascakemerdekaan negeri ini, jati jawa masih sangat menguntungkan. Produksi jati selama periode emas 1984-1988 mencapai 800.000 m3/tahun. Ekspor kayu gelondongan jati pada 1989 mencapai 46.000 m3, dengan harga jual dasar 640 USD/m3.

Pada 1990, ekspor gelondongan jati dilarang oleh pemerintah karena kebutuhan industri kehutanan di dalam negeri yang melonjak. Sekalipun demikian, Perhutani mencatat bahwa sekitar 80% pendapatan mereka dari penjualan semua jenis kayu pada 1999 berasal dari penjualan gelondongan jati di dalam negeri. Pada masa yang sama, sekitar 89% pendapatan Perhutani dari ekspor produk kayu berasal dari produk-produk jati, terutama yang berbentuk garden furniture (mebel taman).

Kegunaan Kayu Manis

kayu manis

Tak perlu heran jika ada masakan yang menggunakan jenis kayu ini sebagai bumbu. Cinnamomum Verum nama latinnya, tak hanya aromanya saja yang enak tapi kalu sudah di tambahkan ke dalam masakan pasti jadi semakin lezat! Mau coba?

Kalau Anda sering membuat setup tape atau kue kering mungkin sudah tak asing lagi dengan rempah ini. Yak, Cinnamomum Verum atau Cinnamoman Burmani nama latinnya atau yang lebih dikenal dengan istilah kayu manis. Jangan lantas Anda membayangkan bahwa yang digunakan benar-benar batang kayunya, tapi bagian yang digunakan adalah kulit kayu yang sudah mengelupas dan kering.

Di pegunungan Kerinci, dikenal kayu manis berkualitas bagus. Dari hasil kayu manis yang berlimpah selain diekspor juga dibuat minyak kayu manis dan sirop kayu manis. Sirop ini mirip dengan maple syrup, berwarna kecokelatan dan kental dengan rasa manis yang kuat.

Manfaat dari kayu manis. Dibawah ini ada beberapa penyakit yang bisa disembuhkan dengan ramuan dari kayu manis :

* Sakit Perut
Madu yang dicampur bubuk kayu manis dapat mengobati sakit perut. Juga dapat membersihkan perut serta menyembuhkan bisul hingga keakar - akarnya.
* Kembung
Penelitian yang dilakukan di India dan Jepang menyatakan bahwa madu yang diminum bersama kayu manis panas dapat membuat nafas tetap segar sehari penuh. Orang Amerika Selatan biasa meminum ramuan tersebut dipagi hari.
* Sakit Kepala dan Sinus
Minum campuran madu dan jus jeruk dapat menyembuhkan sakit kepala karena sinus.
* Kelelahan
Warga usia lanjut yang mengkonsumsi madu dan bubuk kayu manis dengan ukuran sama, terbukti lebih waspada dan fleksibel. Penelitian Dr. Milton membuktikan 1/2 sendok makan madu yang diminum bersama segelas air dan ditaburkan bubuk kayu manis dapat meningkatkan vitalis tubuh dalam seminggu. Ramuan tersebut diminum setiap hari setelah menggosok gigi dan jam 3 sore pada saat vitalis tubuh menurun.
* Kelebihan Berat Badan
Minum segelas air yang direbus bersama madu dan bubuk kayu manis
setiap pagi 1/2 jam sebelum sarapan atau saat perut masih kosong. Bila dilakukan secara teratur dapat mengurangi berat badan, bahkan bagi orang yang sangat gemuk. Minum ramuan ini secara teratur akan mencegah lemak terakumulasi dalam tubuh, meski tetap makan makanan kalori tinggi.
* Influenza. Ilmuwan Spanyol telah membuktikan bahwa madu berisi kandungan alam yang membunuh kuman influenza dan menyembuhkan pasien dari flu. Maka minumlah madu ketika akan flu.

KAYU CENDANA

1. Ruang lingkup

Standar ini meliputi acuan, definisi, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi, pembuatan, syarat bahan baku, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji dan syarat penandaan, sebagai pedoman pengujian kayu Cendana (Santalum album Linn) yang di hasilkan di Indonesia.

2. A c u a n

Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Nusa Tenggara Timur No. 240 Tahun 1990, tentang Standar Lokal Klas Mutu Kayu Cendana.

3. Definisi

Kayu Cendana adalah bagian dari pohon Cendana berupa kayu bundar, kayu belahan, akar, tunggak, ranting, tatal dan serbuk.

4. Lambang dan Singkatan

4.1. Ø adalah diameter cacat 4.6. p adalah panjang
4.2. P adalah Mutu Pertama 4.7. d adalah diameter
4.3. D adalah Mutu Kedua 4.8. I adalah isi
4.4. T adalah Mutu Ketiga 4.9. bh adalah buah
4.5. M adalah Mutu Keempat

5. Istilah

5.1. Akar dan tunggak (AK & Tgk) adalah bagian bawah dari pohon kayu Cendana yang ditinggalkan pada saat penebangan dan baru digali/diambil setelah mati.

5.2. Alur adalah suatu lekukan memanjang pada permukaan batang kayu.

5.3. Bontos (Bo) adalah penampang melintang pada kayu yang terdiri dari bontos pangkal (Bp) dan bontos ujung (Bu).

5.4. Cacat adalah kelainan pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu dan atau isi.

5.5. Diameter kayu Cendana (d) adalah garis tengah terpendek pada bontos ujung.

5.6. Gerowong (Gr) adalah lubang besar pada bontos dengan arah memanjang kayu tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan.

5.7. Gubal (Gu) adalah bagian kayu antara kulit dan kayu teras.

5.8. Gubal busuk (Gb) kayu gubal yang memperlihatkan tanda-tanda pembusukan.

5.9. Kayu belahan (Kabel) adalah kayu bundar yang telah dibelah atau dipapras, sehingga tidak berbentuk kayu bundar lagi.

5.10. Kayu bundar (KB) adalah bagian batang dan atau cabang dari pohon, berbentuk bundar memanjang, yang berdiameter 4 cm atau lebih.

5.11. Kebundaran adalah bentuk kayu bundar yang ditetapkan dengan cara membandingkan antara garis tengah terkecil dengan garis tengah terbesar pada setiap bontosnya, dalam satuan persen.

5.12. Kelurusan adalah bentuk kayu bundar yang ditetapkan dengan cara membandingkan kedalaman lengkung dengan panjang kayu dalam satuan persen.

5.13. Kesilindrisan adalah bentuk kayu bundar yang ditetapkan dengan cara membandingkan antara selisih diameter pangkal dengan panjang kayu dalam satuan persen.

5.14. Kulit tumbuh/kulit tersisip (Kt) adalah kulit yang sebagian atau seluruhnya terdapat atau tumbuh di dalam kayu, biasanya terdapat pada alur atau di sekeliling mata kayu.

5.15. Mata kayu (Mk) adalah bagian dari cabang atau ranting yang dikelilingi oleh pertumbuhan kayu, penampang lintangnya berbentuk bulat atau lonjong, terdiri dari;

5.15.1. Mata kayu sehat (Mks) adalah mata kayu yang bebas dari pembusukan, berpenampang keras dan berwarna sama atau lebih tua dari pada warna kayu disekitarnya.

5.15.2. Mata kayu busuk (Mkb) adalah mata kayu yang menunjukkan tanda pembusukan. Bagian kayunya lebih lunak dibandingkan dengan kayu disekitarnya.

5.16. Mutu kayu adalah kemampuan kegunaan kayu untuk untuk tujuan tertentu berdasarkan karakteristik yang dimilikinya.

5.17. Pecah busur (Peb) adalah pecah pada bontos yang mengikuti lingkaran tumbuh yang bentuknya kurang dari ½ lingkaran.

5.18. Pecah gelang (Peg) adalah pecah pada bontos yang mengikuti lingkaran tumbuh yang bentuknya ½ lingkaran atau lebih.

5.19. Pengujian adalah kegiatan untuk menetapkan jenis, ukuran, dan mutu kayu.

5.20. Persyaratan cacat adalah cara penetapan mutu berdasarkan cacat kayu.

5.21. Ranting (Rt) adalah bagian dari pohon Cendana, sebagi tempat tumbuhnya daun.

5.22. Serbuk (Sb) adalah bagian dari kayu Cendana berupa butiran kecil atau halus.

5.23. Tatal adalah bagian dari kayu Cendana berupa potongan-potongan kecil hasil dari pemaprasan atau limbah dari pembagian batang atau pembuatan sortimen. Terdiri dari tatal kayu teras dan tatal kayu gubal.

5.24. Teras (Te) adalah bagian kayu yang terletak antara hati dan gubal.

5.25. Teras busuk (Tb) adalah empulur dan kayu di sekitarnya yang memperlihatkan tanda-tanda pembusukan.

5.26. Teras rapuh (Tr) adalah empulur dan kayu di sekitarnya yang memperlihatkan tanda-tanda kerapuhan.

5.27. Terpisahnya serat adalah celah pada kayu yang disebabkan oleh terpisahnya/terputusnya serat pada arah memanjang atau sejajar dengan sumbu kayu.

5.27.1. Retak (Re) adalah terpisahnya serat pada permukaan kayu yang lebar celahnya < 1 mm dan biasanya terputus-putus disebabkan terutama oleh tegangan yang terjadi dalam proses pengeringan.

5.27.2. Pecah (Pe) adalah terpisahnya serat pada permukaan kayu hingga bontos yang lebar celahnya < 6 mm.

5.27.3. Belah (Be) adalah terpisahnya serat pada permukaan kayu yang lebar celahnya > 6 mm.

6. Spesifikasi

Spesifikasi kayu Cendana dibedakan menjadi sortimen-sortimen sebagai berikut:

6.1. Kayu bundar (KB)
6.2. Kayu belahan (Kabel)
6.3. Tatal teras (Tte)
6.4. Tatal gubal (Tgu)
6.5. Akar dan tunggak (AK & Tgk)
6.6. Ranting (Rt)
6.7. Serbuk (Sb)

7. Klasifikasi

Berdasarkan kegunaannya kayu Cendana terbagi menjadi empat kelas mutu sebagai berikut:

7.1. Mutu Pertama dengan tanda mutu P
7.2. Mutu Kedua dengan tanda mutu D
7.3. Mutu Ketiga dengan tanda mutu T
7.4. Mutu Keempat dengan tanda mutu M

8. Syarat Bahan Baku

Kayu Cendana harus diambil dari pohon Cendana yang sudah masak tebang yang ditandai dengan:

8.1. Tebal gubal kurang dari 2,5 cm, dapat terlihat dengan cara pengeboran pohon sebelum ditebang sedalam 2,5 cm. Bor yang digunakan adalah bor riap.

8.2. Diameter kayu Cendana minimal 15 cm pada ketinggian 130 cm di atas tanah.

9. Pembuatan

Kegiatan setelah penebangan adalah sebagai berikut:

9.1. Pembagian batang yang didasarkan atas asas peningkatan mutu.
9.2. Pengupasan kulit.
9.3. Kecuali ditentukan lain, semua bagian kayu Cendana kayu gubalnya harus dikupas/dipapras.
9.4. Bontos dipotong siku dan rata.

10. Syarat Mutu

10.1. Syarat umum
Kayu Cendana yang akan diukur dan diuji harus bersih dari kotoran dan tidak tercampur dengan jenis kayu lain.

10.2. Syarat khusus
Syarat khusus mutu kayu Cendana berdasarkan kepada sortimen, ukuran dan cacat, tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat mutu kayu Cendana

No.


Karakteristik


M u t u

P


D


T


M

1.


Sortimen


KB


KB, Kabel


KB, Kabel, Ak & Tgk, Tte


Tgu, Rt & Sb

2.


Ukuran
- Panjang
- Diameter



> 25 cm
> 10 cm



>10 cm
> 8 cm



-)
-)



-)
-)
3.

3.1




3.2









3.3
Cacat

Cacat bentuk
- Kelurusan
- Kesilindrisan
- Kebundaran

Cacat badan
- Gubal segar
- Alur-dalam
- Mks - jumlah
- Ø
- jarak
- Mkb
- Re/Pe/Be
- Kulit tumbuh

Cacat bontos
- Re/Peb/Peg
- Tr/Tb/Gr





< 1% p
> 80%
> 1% p


< 5 mm
<10% d
1 bh/25 cm
< 1 cm
>25 cm
x)
10% p
x)


< 10% p
x)





-)
-)
-)


< 5 mm
<10% d
1 bh/10 cm
< 3 cm
>10 cm
x)
25% p
1 bh/30 cm


20% p
x)





-)
-)
-)


< 5 mm
-)
-)
-)
-)
-)
-)
-)


-)
-)





-)
-)
-)


-)
-)
-)
-)
-)
-)
-)
-)


-)
-)

Keterangan :
-) adalah tidak dibatasi/tidak dipersyaratkan
x) adalah tidak diperkenankan

11. Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh kayu Cendana untuk keperluan pemeriksaan dilakukan secara acak, sebesar 10% dari jumlah batang atau dari berat partai.

12. Cara Uji

12.1. Prinsip : pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) terhadap cacat yang nampak dengan memperhatikan penggunaannya.

12.2. Peralatan : peralatan yang digunakan meliputi : meteran, timbangan, pisau dan kaca pembesar (loupe).

12.3. Syarat pengujian

12.3.1. Kayu Cendana yang akan diuji harus bersih dari kotoran serta disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan pengujian.

12.3.2. Pengujian dilaksanakan pada siang hari atau ditempat yang terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga dapat mengamati semua karakteristik yang terdapat pada kayu.

12.4. Pelaksanaan pengujian

12.4.1. Penetapan jenis kayu
Penetapan jenis dilaksanakan dengan memeriksa, cirri umum dan struktur anatomi kayu.

12.4.2. Penetapan ukuran
Penetapan diameter dan panjang kayu hanya berlaku terhadap sortimen kayu bundar dan kayu belahan.

1. Diameter yang diukur adalah garis tengah terkecil pada bontos ujung dalam satuan cm.
2. Panjang diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos sejajar sumbu kayu dengan satuan cm.

12.4.3. Penetapan berat
Penetapan berat dilakukan dengan cara penimbangan dengan satuan kilogram (kg).

12.4.4. Penetapan mutu
Sistem penetapan kayu Cendana adalah kombinasi antara persyaratan sortimen, persyaratan ukuran dan persyaratan cacat. Untuk penetapan mutu berdasarkan persyaratan cacat diperlukan penilaian cacat yang terdapat pada kayu Cendana tersebut, baik jenis, ukuran, jumlah, keadaan dan penyebaran cacat sesuai dengan persyaratan mutunya.

1. Penilaian terhadap cacat kelurusan dinyatakan dalam persen, yaitu perbandingan antara kedalaman lengkung dengan panjang kayu.
2. Penilaian terhadap cacat kesilindrisan dinyatakan dalam persen, yaitu perbandingan antara selisih diameter ujung dengan diameter pangkal dengan panjang kayu.
3. Penilaian terhadap cacat kebundaran dinyatakan dalam persen, yaitu perbandingan antara garis tengah terkecil dengan garis tengah terbesar pada setiap bontos.
4. Penilaian terhadap cacat retak/pecah/belah (Re/Pe/Be) dinyatakan dalam persentase, yaitu perbandingan antara jumlah panjang Re/Pe/Be terpanjang pada kedua bontosnya terhadap panjang kayu (p).
5. Penilaian terhadap cacat mata kayu (Mk) dinyatakan dalam:
* Keadaan Mk, ialah Mks atau Mkb.
* Jumlah Mk per 25 cm atau per 10 cm panjang.
* Ø Mk, ialah rata-rata panjang dan lebar Mk terbesar.
* Jarak Mk, adalah jarak terpendek antar Mk sejajar sumbu kayu.
6. Penilaian terhadap cacat kulit tersisip/kulit tumbuh (Kt) dinyatakan dalam jumlah Kt per 25 cm atau per 10 cm.
7. Penilaian terhadap cacat pecah busur/pecah gelang (Peb/Peg) dinyatakan dalam persentase, yaitu perbandingan antara hasil pengukuran panjang linier/panjang lengkungan Peb/Peg yang terpanjang dari kedua bontosnya terhadap diameter kayu (d).
8. Penilaian terhadap cacat teras rapuh (Tr), teras busuk (Tb) dan gerowong (Gr), dinyatakan ada tidaknya.
9. Penilaian terhadap cacat alur ditetapkan dengan cara mengukur dalamnya alur pada tempat yang terdalam terhadap permukaan badan kayu yang bersangkutan kemudian bandingkan dengan diameter dalam satuan %.
10. Penilaian terhadap cacat gubal (Gu) ditetapkan dengan cara:
- Amati sehat busuknya gubal.
- Untuk gubal sehat ukur ketebalannya.
11. Penilaian cacat lain ditetapkan dengan cara mengamati ada tidaknya cacat.

12.4.5. Penetapan mutu akhir
Penetapan mutu akhir didasarkan pada mutu terendah menurut salah satu persyaratan mutu berdasarkan sortimen, ukuran dan persyaratan cacat.

13. Syarat Lulus Uji

Kayu Cendana contoh dikatakan lulus uji atau dianggap benar apabila kesalahan atau penyimpangan masih dalam batas toleransi, tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Toleransi pengujian kayu Cendana

No.


Pengujian


Besarnya Toleransi


Keterangan

1.
2.
3.


Jenis kayu
Mutu
Berat


0%
< 5%
0%


Perhitungan persentase penyimpangan mutu sebagai berikut:

Jumlah batang yang salah mutu
----------------------------- X 100%
Jumlah batang yang diperiksa

14. Syarat Penandaan

Apabila memungkinkan, pada kayu Cendana yang telah selesai dilakukan pengujian harus diterakan:
- Nomor kayu
- Mutu kayu
- Nomor SNI
- Tanda Pengenal Perusahaan (TPP)

Jenis-Jenis Kayu di Indonesia disusun berdasarkan Nama Perdagangan

-------------------------------------------------------------------------------------------

| No.| Nama Perdagangan/Trade Name | Nama Botani/Botanical name | Suku/Family |

-------------------------------------------------------------------------------------------

| 1.| Agathis/Damar putih | Agathis alba Foxw. |Araucariaceae |

| 2 | Damar pilau | Agathis borneensis Warb. |Araucariaceae |

| 3.| Akasia/Pilang | Acacia leucophloea Willd. |Mimosaceae |

| 4.| Alau | Dacrydium spp. |Podocarpaceae |

| 5.| Ambacang/Binjai | Mangifera caesia Jack. |Anacardiaceae |

| 6.| Ampupu | Eucalyptus alba R. |Myrtaceae |

| 7.| Andalas | Morus macroura Miq. |Moraceae |

| 8.| Anggerit | Neonauclea lanceolata Merr. |Rubiaceae |

| 9.| Anggerung besar | Trema orientalis Bl. |Ulmaceae |

| 10.| Angsana kembang/Linggua | Pterocarpus indicus Willd. |Papilionaceae |

| 11.| Angsana keling/Sono keling | Dalbergia sissoides Grah. |Papilionaceae |

| 12.| Api-api | Avicennia spp. |Verbenaceae |

| 13.| Ara | Ficus indica L. |Moraceae |

| 14.| Ares/Benuang laki/Takir | Duabanga moluccana Bl. B. |Sonneratiaceae |

| 15.| Aro/Kiyara koneng | Ficus annulata Bl. |Moraceae |

| 16.| Aser/Kayu dada putih | Acer niveum Bl. |Aceraceae |

| 17.| Babi k. | Crypteronia spp. |Cryteroniaceae |

| 18.| Bakalaung | Maducha spp. |Sapotaceae |

| 19.| Bakau | Rhizophora spp. |Rhizophoraceae |

| 20.| Balau | Hopea spp. |Dipterocarpaceae |

| 21 | Balau penyau | Upunan borneensis Sym. |Dipterocarpaceae |

| 22.| Balau merah/Benuas | Shorea kunstleri King. |Dipterocarpaceae |

| 23.| Balam | Payena spp. |Sapotaceae |

| 24.| Balam lengiao | Knema spp. |Myristiaceae |

| 25.| Balsa | Ochroma spp. |Bombaceae |

| 26.| Banen k. | Crypteronia spp. |Crypteroniaceae |

| 27.| Bangku/Ketiau | Ganua motleyana Pierre. |Sapotaceae |

| 28.| Banteng k./Mensira | Ilex pleiobrachiata Loes. |Aquifoliaceae |

| 29.| Bangkirai | Shorea laevifolia Endert. |Dipterocarpaceae |

| 30.| Bangkong k./Bancet | Turpinia sphaerocarpa Hassk. |Staphyleaceae |

| 31.| Baniran/Menteng monyet | Neoscortechinia kingii Hoffm. |Euphorbiaceae |

| 32.| Banio/Meranti merkujang | Shorea leptocladus Sym. |Dipterocarpaceae |

| 33.| Balok | Vitex spp. |Verbenaceae |

| 34.| Banitan/Kayu bulan | Polythia glauca Boerl. |Annonaceae |

| 35.| Baros | Manglietia glauca Boerl. |Magnoliaceae |

| 36.| Batu k./Delingsem | Homalium spp. |Flacounteaceae |

| 37.| Bawang k./Surian bawang | Melia exelsa Jack. |Meliaceae |

| 38 | Mimba | Azadinachta indica A.Juss. |Meliaceae |

| 39 | Mindi | Melia azedarach Lin. |Meliaceae |

| 40.| Bawang hutan k./Kulim | Scorodocarpus borneensis Becc. |Olacaceae |

| 41.| Bawai | Parasianthes minahasae |Mimosaceae |

| 42.| Bayur | Pterospermum spp. |Sterculiaceae |

| 43.| Bias/Mensira | Ilex pleiobrachiata Loes. |Aquifoliaceae |

| 44.| Bedaru/Daru-daru | Cantleya corniculata Howard. |Icacinaceae |

| 45.| Belangiran | Shorea belangeran Burck. |Dipterocarpaceae |

| 46.| Belian/Ulin | Eusideroxylon zwageri T.et.B |Lauraceae |

| 47.| Bengkal puri | Neonauclea orientalis L. |Rubiaceae |

| 48.| Bengkal udang | Neonauclea subdita Merr. |Rubiaceae |

| 49.| Benua | Macaranga spp. |Euphorbiaceae |

| 50.| Beruas | Garcinia celebica L. |Guttiferae |

| 51.| Benuas | Shorea laevifolia Endert. |Dipterocarpaceae |

| 52.| Benuas lebar daun | Shorea kunstleri King. |Dipterocarpaceae |

| 53.| Bengang | Neesia spp. |Bombaceae |

| 54.| Bentaos | Wrightia spp. |Apocynaceae |

| 55.| Bentawas | Wrightia spp. |Apocynaceae |

| 56.| Berangan pagar anak | Castanopsis acuminatissima A.Dc. |Fagaceae |

| 57.| Berangan saninten | Castanopsis argentea A.Dc. |Fagaceae |

| 58.| Berangan eha | Castanopsis buruana Miq. |Fagaceae |

| 59.| Berangan gundul | Castanopsis sumatrana A.DC. |Fagaceae |

| 60.| Berumbung/Lasi | Adina fagifolia Val. |Rubiaceae |

| 61.| Besi k./Belian/Ulin | Eusideroxylon zwageri T.et.B |Lauraceae |

| 62.| Binuang | Octomeles sumatrana Miq. |Daticaceae |

| 63.| Binuang laki | Duabanga moluccana Bl. |Sonneratiaceae |

| 64.| Binong | Tetrameles nudiflora R.Br. |Daticaceae |

| 65.| Bintangur | Calophyllum spp. |Guttiferae |

| 66.| Bintungan | Bischeffia javanica Bl. |Euphorbiaceae |

| 67.| Bipa k./Keresak bulu | Pterygota forbesii F.V. Muell. |Sterculiaceae |

| 68.| Bitis k. | Palaquium ridleyi K.et.G |Sapotaceae |

| 69.| Bowoi | Parasianthes minahassae |Mimosaceae |

| 70.| Boboy | Parasianthes minahassae |Mimosaceae |

| 71.| Bogang | Neesia spp. |Bombaceae |

| 72.| Bogem/Perepat laut | Sonneratia alba Smith. |Sonneratiaceae |

| 73.| Bogin/Bongin/Pauh kijang | Irvingin malayana Oliv. |Simarubaceae |

| 74.| Buah k. | Crypteronia spp. |Cryptenoniaceae |

| 75.| Bugis k. | Koordersiodendron pinnatum Merr. |Anacardiaceae |

| 76.| Buluh/Merambung | Vernonia arborea Ham. |Compositae |

| 77.| Bulan k. | Endospermum spp. |Euphorbiaceae |

| | | Xanthophylum spp. |- |

| 78.| Bungur | Lagerstoemia spp. |Lythraceae |

| 79.| Butun | Barringtonia app. |Lecythidaceae |

| 80.| Buta-buta | Excoecaria agallocha L. |Euphorbiaceae |

| 81.| Candu k. | Fraxinus griffithii Olarke. |Olaceae |

| 82.| Cangcaratan | Neonauclea calycina Merr. |Rubiaceae |

| 83.| Copot | Camnosperma spp. |Anacardiaceae |

| 84.| Camantan/Alau | Dacrydium spp. |Podocarpaceae |

| 85.| Cemara laut | Casuarina equsetifolia Forst |Casuarinaceae |

| 86.| Cemara gunung | Casuarina junghuhniana Miq. |Casuarinaceae |

| 87.| Cempaga/Teki | Dysoxylum spp. |Meliaceae |

| 88.| Cempaka hutan | Elmerrilla ovalis Dandy. |Magnoliaceae |

| 89 | Manglid | Michelia velutina Bl. |Magnoliaceae |

| 90.| Cempaka/Wasian | Elmerrilla celebica Dandy. |Magnoliaceae |

| 91.| Cengal | Hopea sangal Korth. |Dipterocarpaceae |

| 92.| Cendana | Santalum album Lann. |Santalaceae |

| 93.| Cange/Cingo/Kitenjo | Mastixia rostrata Bl. |Cornaceae |

| 94.| Cina k./Sampinur/Melur | Dacrydium elatum Wall. |Podocarpaceae |

| 95.| Cingo/Cenge | Mastixia rostrata Bl. |Cornaceae |

| 96.| Coromandel/Kayu hitam | Diospyros celebica Bakh. |Ebenaceae |

| 97.| Dahu | Dracontomelon dao Merr et.Polfe. |Anacardiaceae |

| 98.| Damar malili | Agathis hammii M.Dr. |Araucariceae |

| 99.| Damar merah | Agathis loranthifolia Salisb. |Araucariceae |

|100.| Damar daging | Agathis beccarii Warb. |Araucariceae |

|101.| Damar putih/Agathis | Agathis alba Foxw. |Araucariceae |

|102.| Damar buah | Shorea gibbosa Brandis. |Dipterocarpaceae |

|103.| Damar kedontang | Shorea bracteolata Dyer. |Dipterocarpaceae |

|104.| Damar laut/Merawan seluai | Hopea dryobalanoides Miq. |Dipterocarpaceae |

|105.| Damar maja | Shorea virescens Parijs. |Dipterocarpaceae |

|106.| Damar mesegar | Shorea sororia V.Sl. |Dipterocarpaceae |

|107.| Damar munsarai | Shorea retinodes V.Sl. |Dipterocarpaceae |

|108.| Damar pakit | Shorea acuminatissima Sym. |Dipterocarpaceae |

|109.| Damar siput | Shorea faguetiana Heim. |Dipterocarpaceae |

|110.| Damar tanduk | Shorea multiflora Sym. |Dipterocarpaceae |

|111.| Damar tenang | Shorea koordesii Brandis. |Dipterocarpaceae |

|112.| Damar tunam | Shorea lamellata Foxw. |Dipterocarpaceae |

|113.| Daru-daru | Cantleya corniculata Howard. |Icacinaceae |

|114.| Damuli/Tempinis | Sloetia elongata Kds. |Moraceae |

|115.| Dahu besar daun | Dracontomelon mangiferum Bl. |Anacardiaceae |

|116.| Dahu kecil daun | Dracontomelon dao Merr. |Anacardiaceae |

|117.| Delingsem/K. Batu | Homalium tomentosum Benth. |Flacourtiaceae |

|118.| Duabanga/Ares/Takir | Duabanga moluccana Bl. |Sonneratiaceae |

|119.| Duhat | Eugenia cumini Druce. |Myrtaceae |

|120.| Dungun/Atung laut | Heritiera littoralis Dry. |Sterculiaceae |

|121.| Dungun darat | Tarrietia javanica Bl. |Sterculiaceae |

|122.| Durian | Durio zibethinus Murr. |Bombaceae |

|123.| Durian burung | Durio carinatus Mast. |Bombaceae |

|124.| Durian daun | Durio oxleyanus Grifi. |Bombaceae |

|125.| Ebony | Diospyros spp. |Ebenaceae |

|126.| Empelas batu/Penjalinan | Celtis spp. |Ulmaceae |

|127.| Engulas | Celtis spp. |Ulmaceae |

|128.| Ampupu/Eucaliptus | Eucalyptus spp. |Myrtaceae |

|129.| Gadog/Bintungan | Bischeffia javanica Bl. |Euphorbiaceae |

|130.| Gaharu buaya | Gonystylus hankenbergii Diels. |Thymelaeaceae |

|131.| Gaharu hitam | Gonystylus macrophyllus A.Shaw. |Thymelaeaceae |

|132.| Gaharu laka | Aetoxylon sympetalum A.Shaw. |Thymelaeaceae |

|133.| Galedupa, k. | Sindora galedupa Prain. |Caesalpiniaceae |

|134.| Gambir, k. | Trigonopleura malayana Hook.f. |Euphorbiaceae |

|135.| Gardenia | Gardenia spp. |Rubiaceae |

|136.| Gelam/Sitepung/Merambung | Vernonia arborea Ham. |Compositae |

|137.| Gempol/Bengkal | Nauclea orientalis L. |Rubiaceae |

|138.| Gerok ayam/Terentang | Buchanania arborescena Bl. |Anacardiaceae |

|139.| Gerunggang | Cratoxylon arborescena Blume. |Guttiferae |

|140.| Getah hangkang | Palaquium leiocarpum Bl. |Sapotaceae |

|141.| Getah perca | Palaquium gutta Baill. |Sapotaceae |

|142.| Getah sundai | Payena leerii Kurz. |Sapotaceae |

|143.| Giam padi | Cotylelobium malayanum V.Sl. |Dipterocarpaceae |

|144.| Giam tembaga | Cotylelobium melanoxylon Pierre. |Dipterocarpaceae |

|145.| Giam hulodere | Vatica flavovirens V.Sl. |Dipterocarpaceae |

-------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber :

1. Nama-nama Kesatuan Untuk Djenis-djenis Pohon Jang Penting di Indonesia. Pengumuman Istimewa Balai Penjelidikan Kehutanan No. 6. 1952. Balai Penjelidikan Kehutanan. Djawatan Kehutanan, Kementerian Pertanian.

2. Jenis-jenis Kayu Komersiil di Indonesia. Edisi Khusus No 38A. 1983. Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Kehutanan.

3. 400 Jenis Pohon Indonesia dan Index. Pusat Dokumentasi Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1975

4. Plant Resources of South-East Asia : Basic List of Species and Commodity Grouping; Final Version. Prosea, 1993)

5. Tree Flora of Indonesia.Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1989.

6. 4000 Jenis Pohon di Indonesia dan Index.Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1993.

7.Kayu Perdagangan Indonesia, Sifat dan kegunaannya,LPHH,Balitbang,Departemen pertanian,1979

Source :

1. Prefential names for important tree species in Indonesia. Special Publication of the Forest Research Institute No.6.1952. Djawatan Kehutanan, Kementerian Pertanian.

2. List of the Indonesia timber species. Special Edition No. 38A. 1983. Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Kehutanan.

3. 400 Tree Species of Indonesia and Index.Pusat Dokumentasi Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1975.

4. Plant Resources of South-East Asia : Basic List of Species and Commodity Grouping; Final Version.Prosea, 1993)

5. Tree Flora of Indonesia. Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1989.

6. 4000 Tree Species in Indonesia and Index.Badan Litbang Departemen Kehutanan, 1993.

7.Commercial woods of Indonesia, their properties and uses;FPRI,AFRD,Ministry of Agriculture,1979.

KONSUMSI MAKANAN SEBELUM PERSALINAN

Karena proses persalinan memerlukan stamina dan kondisi tubuh yang prima, dengan sendirinya konsumsi makanan sebelum persalinan sangat penting. Selain konsumsi makanan dengan gizi yang berimbang serta bahan makanan yang bervariasi, juga perlu diperhatikan untuk membiasakan makan dengan teratur setiap harinya. Untungnya pada masa mendekati persalinan ini nafsu makan ibu sudah normal, karena posisi janin yang mulai turun sehingga tekanan terhadap lambung berkurang. Tentu saja perlu dijaga agar hal ini jangan sampai menimbulkan pertambahan berat badan yang berlebihan akibat makan terlalu banyak ditambah kurang gerak.
Dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak atau mengandung gula,sebaliknya makanan yang banyak mengandung serat sangat dianjurkan. Ini akan mengurangi gejala sembelit. Meski demikian tidak perlu terlalu dicemaskan dengan sembelit ini karena sebelum persalinan akan dilakukan penyedotan kotoran.
Bila tidak ada orang lain selain suami di rumah, ada baiknya mempersiapkan makanan di lemari es yang bisa dimakan dengan sedikit proses memasak. Ini perlu untuk mengantisipasi kemungkinan saat kontraksi awal tiba namun masih belum perlu ke rumah-sakit selagi suami masih berada di kantor.

IMUNISASI PERTAMA & UTAMA

PENYAKIT pnemonia saat ini merupakan pembunuh nomor satu pada bayi dan anak (Kompas, 5/2/'99). Dilaporkan, hampir setiap empat menit satu orang bayi meninggal akibat pnemonia, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan bakteri, virus, dan faktor lingkungan yang tidak sehat.
Kejadian tersebut sebenarnya dapat dicegah secara mudah, salah satunya dengan hanya memberikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sejak lahir hingga ia berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif). ASI ternyata mengandung zat anti berbagai penyakit infeksi, termasuk zat antipnemonia.
Dilaporkan, selain zat gizi yang pas dan prima, ASI juga mengandung unsur kekebalan atau zat anti-infeksi yang sangat diperlukan sistem pertahanan tubuh bayi yang baru lahir. Zat anti-infeksi tersebut akan melindungi bayi dari serangan kuman penyebab infeksi dan parasit yang dapat mengganggu penyerapan zat-zat gizi.
Antibakteri-virus-parasit
ZAT anti-infeksi ASI yang sangat unik adalah imunoglobulin (Ig) karena in vitro menunjukkan aktivitas anti-bakteri, anti-virus, dan anti-parasit sekaligus. Ada lima jenis imunoglobulin, yaitu IgA, IgM, IgD, IgE, dan IgG dengan fungsi masing-masing, dan akan saling bekerja sama dalam memperkuat daya tahan tubuh dan menyehatkan bayi.
Dilaporkan, imunoglobulin ASI dan sekretorinya aktif melawan dan membunuh bakteri penyebab diare (E coli), penyebab kolera (Vibrio cholerae), disentri (Shigella dysentriae), dipteri (Clostridium dipteriae), tetanus (Clostridium titani), pnemonia (Klebsella dan Streptococcus pneumoniae), flu (Haemophillus influenzae).
Sebagai antivirus, imunoglobulin aktif melawan dan membunuh virus polio, campak, herpes simpleks, TBC, flu, virus rubella, gondongan, dan lain-lain. Sebagai antiparasit imunoglobulin aktif melawan dan membunuh parasit Gardia lamblia, Entamoeba histolytica, Schistosoma mansoni yang mengganggu penyerapan zat nutrisi sehingga bayi kurang gizi.
Imunoglobulin ASI tidak diserap tubuh tetapi aktif bekerja di permukaan saluran pencernaan untuk melawan serangan kuman, menetralkan racun yang dihasilkan kuman tersebut, bahkan membunuh kuman penyebab infeksi tersebut.
Faktor bifidus
Faktor bifidus dalam ASI berupa senyawa protein-polisakarida merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang berperan mengasamkan lingkungan saluran pencernaan sehingga bakteri patogen dan parasit tidak bisa hidup dan berkembang biak. Adanya faktor bifidus tersebut akan memberi ciri khas pada kotoran bayi berusia seminggu yang mendapat ASI. Sementara pada kotoran bayi yang diberi susu formula, kotorannya sudah seperti orang dewasa.
Lysozyme ASI aktif menghancurkan dinding sel bakteri patogen sekaligus aktif melawan dan melindungi saluran pencernaan bayi dari serangan virus tertentu. Lysozyme adalah enzim yang sangat aktif di lingkungan asam seperti di saluran pencernaan. Kadarnya dalam ASI ribuan kali lebih tinggi dibanding kadar lysozyme yang terdapat dalam susu sapi (formula).
Unsur lactoferrin ASI berperan mengikat zat gizi besi (Fe) sehingga bakteri patogen yang perlu Fe untuk pertumbuhannya akan mati. Oleh karena itu bayi yang menyusu ASI dilarang mendapat suplemen zat besi, karena akan membuat ganas bakteri patogen tersebut. Sementara enzim laktoperoksidase bersama unsur lainnya berperan melawan serangan bakteri jenis Streptococcus (termasuk S pneumoniae) Pseudomonas, E coli dan lain-lain.
Sel-sel susu ASI mengandung makrofage (berfungsi melindungi kelenjar susu ibu, saluran pencernaan bayi, memproduksi senyawa komplemen untuk proses phagositosis, lactoferrin, lysozyme), limfosit B dan T (memproduksi interferon untuk menghambat replikasi virus intraseluler), dan neutrophil. Sel-sel susu tersebut aktif melawan serangan dan membunuh E coli, Candida albicans, virus rubella, herpes, campak, gondongan, dan kuman yang mengganggu saluran pernapasan bayi.
Zat anti-infeksi lain dalam ASI dan kuman yang akan dibunuhnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran.
Kolostrum dan imunisasi
BERBAGAI zat anti-infeksi tersebut kadarnya tertinggi terdapat dalam kolostrum, ASI yang pertama kali keluar. Dan kadarnya ada yang naik, tetap atau akan menurun setelah minggu pertama menyusui sesuai keperluan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Namun, kadar zat anti-infeksi dalam ASI tersebut tergantung pada kondisi kesehatan dan gizi/makanan ibunya.
Oleh karena itu selain dari kolostrum dan ASI, bayi harus pula ikut program imunisasi nasional seperti imunisasi BCG, DPT, polio, hepatitis B, campak dan lain-lain sesuai umur, serta pemberian kapsul vitamin A, yang sudah bisa dilakukan di posyandu. Hal itu akan lebih meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga ia menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.
Di tengah krisis total yang sedang dihadapi seluruh bangsa saat ini, memberikan ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif) merupakan tindakan yang sangat bijaksana. Hal itu akan memberikan dampak sangat positif pada orangtua sekaligus bayinya.
Orangtua bisa menghemat biaya untuk makanan dan perawatan kesehatan, sementara bayi terpenuhi kebutuhan gizinya, terhindar dari penyakit infeksi seperti pnemonia, sehingga bayi dapat menjalani proses tumbuh-kembangnya secara optimal untuk menjadi generasi yang tangguh dan tahan banting di abad ke-21.

AIR SUSU IBU (ASI)

Hal-hal umum :
• ASI adalah minuman yang paling sesuai, bersih dan bebas kuman, bergizi dan murah untuk bayi.
• ASI merupakan HAK setiap bayi untuk memperolehnya dan KEWAJIBAN setiap ibu untuk memberikannya.
• ASI mengandung antibodi yang meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit.
• Produksi ASI akan semakin banyak apabila bayi lebih sering menetek dan setiap kali dikosongkan. Untuk menjaga produksi ASI, apabila tidak memungkinkan untuk menyusui secara langsung, peras ASI dan kosongkan ASI secara berkala.
• Proses menyusui sangat baik untuk perkembangan jiwa dan hubungan batin antar ibu dan anak.
• Bagi ibu yang bekerja dan memberikan ASI selama masa cuti, tidak disarankan untuk melatih bayi minum dari botol terlalu dini.

ANAK ANDA CERDAS?

Apakah anak Anda cerdas? Ya? Tidak? Bingung? Kira-kira acuan apa yang Anda gunakan untuk menjawabnya? Sebagian besar orangtua biasanya akan menggunakan nilai rapor sebagai acuan kecerdasan anak. Anak-anak yang memperoleh ranking, pandai berhitung dan kuat menghafal cenderung dikategorikan cerdas.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang tidak mendapatkan ranking? Bagaimana dengan anak-anak perkampungan kumuh Brasil yang jago bermain sepak bola, tetapi mungkin tidak tahu perkalian? Bagaimana pula dengan para pelaut zaman dahulu yang mengarungi samudera hanya dengan mengandalkan konstelasi bintang di langit? Apakah mereka juga dapat dikategorikan cerdas?

Kalau pertanyaan tersebut disampaikan kepada Howard Gardner, tanpa ragu-ragu profesor Universitas Harvard ini pasti akan mengiyakannya. Dalam konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) yang dicetuskan pada tahun 1983, Gardner mengelompokkan kecerdasan menjadi tujuh tipe, yaitu kecerdasan musik, kinestetik-tubuh, logika-matematika, bahasa, spasial, interpersonal dan intrapersonal.

Teori itu dilandasi oleh fakta bahwa kerusakan di bagian otak tertentu akan membuat seseorang kehilangan kemampuan atau keterampilan tertentu. Jadi, Gardner meyakini bahwa masing-masing tipe kecerdasan diatur oleh bagian otak yang berbeda, misalnya tipe kecerdasan interper- sonal diatur oleh lobus frontal, sedangkan tipe spasial diatur oleh spasial-belahan otak kanan.

Gardner merumuskan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau menghasilkan produk dalam lingkup suatu budaya atau komunitas. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan persoalan bervariasi dari mengarang cerita, menyusun komposisi musik, meluluskan negosiasi politik, sampai dengan menentukan langkah skak-mat.

Masing-masing tipe kecerdasan akan tercermin dari produk atau prestasi yang ditampilkan pemiliknya. Hanya saja tampilan produk ini dipengaruhi oleh faktor budaya yang ada. Misalnya kecerdasan bahasa di suatu masyarakat menghasilkan seorang pengarang cerita handal, sementara di lingkup komunitas lain berkembang menjadi seorang orator.

Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik sangat jelas ditampilkan oleh Yehudi Menuhi yang pada usia tiga tahun jatuh cinta pada biola, dan menjadi pemain biola internasional pada usia 10 tahun. Tipe kecerdasan ini berkembang dengan sangat baik pada musisi, penyanyi dan komposer. Sementara kecerdasan kinestetik-tubuh lebih banyak dikuasai oleh olahragawan, penari, pemahat, maupun dokter bedah.

Kecerdasan logika-matematika dapat membantu seseorang menemukan solusi persoalan yang melibatkan perhitungan angka, sedangkan kecerdasan bahasa meliputi kemampuan dalam hal mengarang, membaca maupun berkomunikasi verbal. Tipe kecerdasan ini banyak dikuasai oleh mereka yang berprofesi sebagai sastrawan, penyair, wartawan, presenter, maupun orator.

Para navigator, arsitek, desainer interior maupun pemain catur dapat digolongkan sebagai mereka yang menguasai kecerdasan spasial. Tipe kecerdasan ini memudahkan seseorang untuk menentukan arah, menggunakan peta, dan melihat objek dari berbagai sudut.

Memukau, mempengaruhi, dan terampil membina hubungan dengan orang lain adalah ciri-ciri dari mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal. Dengan keterampilannya dalam membina hubungan dengan orang lain, mereka sangat cocok mengambil profesi sebagai guru, psikolog, tenaga pemasaran atau negosiator.

Jika kecerdasan interpersonal membantu seseorang untuk memahami dan bekerja dengan orang lain, maka kecerdasan intrapersonal memudahkan seseorang untuk memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri. Orang dengan tipe kecerdasan ini mampu memahami hal-hal yang ada di dalam dirinya dan menggunakannya sebagai alat untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri. Berbeda dengan tipe lainnya, perwujudan tipe kecerdasan ini membutuhkan perpaduan dengan tipe kecerdasan lainnya, misalnya perpaduan dengan kecerdasan bahasa akan melahirkan karya sastra yang berisi pemikiran atau filosofi menakjubkan.

Seseorang dapat memiliki beberapa tipe kecerdasan sekaligus, hanya intensitasnya saja yang berbeda-beda. Mungkin saja komposisinya adalah satu tipe kecerdasan yang menonjol dan beberapa tipe kecerdasan lain yang sedang-sedang saja. Sebagai contoh konkret, untuk menjadi penyanyi sekaliber Kris Dayanti, memiliki kecerdasan musik saja tidaklah cukup. Diperlukan juga kecerdasan kintestetik tubuh (berekspresi lewat gerakan tubuh), linguistik (mengolah komunikasi), dan interpersonal (membina relasi dengan penggemar atau media).

Sayangnya tidak semua tipe kecerdasan ini dihargai oleh masyarakat. Sekolah pun cenderung lebih menghargai tipe kecerdasan logika-matematika dan bahasa. Seorang siswa dengan nilai matematika 9 namun memperoleh nilai 5 pada pelajaran olahraga tidak akan dianggap bermasalah.

Sebaliknya, seorang kapten tim dengan nilai matematika 5 akan dianggap memiliki masalah. Mengikuti kursus matematika sepertinya telah menjadi suatu keharusan, sedangkan kursus musik masih dianggap sebagai barang mewah. Apalagi kecerdasan interpersonal yang sepertinya terlupakan untuk dikembangkan sejak usia dini.

Cara belajar di sekolah yang lebih banyak menggunakan metode ceramah dan membaca buku ajar juga hanya menguntungkan siswa dengan tipe kecerdasan linguistik dan logika. Padahal siswa dengan tipe kecerdasan yang berbeda memiliki cara belajar yang berbeda. Sebaiknya sekolah memiliki berbagai metode pengajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan semua tipe kecerdasan.

Siswa tipe musik lebih cocok mempelajari materi yang dikaitkan atau dikemas dalam bentuk musik. Siswa tipe kinestetik dapat menghafal dengan bantuan gerakan tubuh, sedangkan tipe spasial akan sangat tertolong bila materi pelajaran dikemas dalam bentuk tabel, grafik, diagram atau mind-mapping. Belajar kelompok akan lebih sesuai untuk siswa dengan tipe interpersonal, tetapi akan menyulitkan siswa tipe intrapersonal yang lebih cocok untuk belajar seorang diri.

Kegagalan di Sekolah
Penekanan yang berlebihan pada tipe kecerdasan logika-matematika dan bahasa membuat peluang sukses di sekolah sepertinya hanya tersedia bagi anak-anak dengan kedua tipe kecerdasan ini. Kegagalan di sekolah jelas akan mempengaruhi perkembangan kepribadian dan masa depan mereka. Oleh sebab itu masyarakat dengan sekolah-sekolah semacam ini akan lebih banyak dipenuhi orang-orang yang gagal atau yang dianggap gagal.

Identifikasi kecerdasan majemuk berbeda dengan pengukuran konsep kecerdasan tradisional yang dapat dilakukan dengan tes terstandardisasi. Tes IQ yang ada saat ini hanya dapat mengidentifikasi tipe kecerdasan bahasa, logika-matematika, spasial dan sebagian tipe interpersonal.

Untuk melakukan identifikasi terhadap tipe kecerdasan majemuk, Gardner lebih menganjurkan agar orangtua dan pihak sekolah menyediakan beragam sarana dan prasarana yang terkait dengan ketujuh tipe kecerdasan tersebut. Setelah itu, amati bidang apa yang lebih diminati oleh anak, seberapa mendalam ia mengeksplorasi hal tersebut, dan sejauh mana ia menikmati aktivitas yang dilakukannya.

Proses identifikasi ini harus melibatkan peran serta orangtua, guru, teman dan anak itu sendiri dalam rentang waktu yang tak dapat ditentukan. Sebagai contoh, dalam mengidentifikasi tipe kecerdasan anak usia SD, Gardner menggunakan berbagai kegiatan termasuk kegiatan bermain. Di antaranya adalah "permainan berburu harta karun" yang mengukur kemampuan anak dalam membuat kesimpulan logis, "persepsi musik" yang mengukur kemampuan anak dalam membedakan nada.

Ada pula "storyboard" yang mengukur rentang keterampilan berbahasa, "portfolio seni" yang dinilai dua kali dalam setahun tentang penggunaan garis, bentuk, warna, ruang, detil dan desain, gerakan atletik untuk mengamati koordinasi, keseimbangan dan kekuatan tubuh dalam berbagai jenis olahraga, dan "model kelas" untuk mengukur kemampuan anak dalam mengobservasi dan menganalisa kejadian dan pengalaman sosial di kelas.

Kurungan Ayam
Apabila ingin mencari indikator dalam waktu singkat (namun kurang dapat diandalkan), Anda dapat mengajak anak Anda ke sebuah ruangan yang berisi berbagai macam alat dan permainan dari ketujuh tipe kecerdasan. Amatilah alat permainan dan jenis aktivitas yang menarik perhatian mereka. Cara ini mengingatkan kita pada upacara turun tanah dalam adat Jawa, di mana anak diletakkan dalam kurungan ayam berisi berbagai benda. Benda yang diambil dipercayai akan menjadi profesinya kelak.

Walaupun tipe kecerdasan ini terkait pula dengan natur seseorang, namun rangsangan dari luar tetap diperlukan agar kecerdasan yang dimiliki dapat terwujud dalam hasil karya yang nyata. Memperkenalkan anak pada berbagai jenis aktivitas dinilai akan lebih bermanfaat daripada memfokuskannya pada satu bidang saja. Pemberian rangsangan yang dibatasi pada satu tipe saja akan membuat tipe kecerdasan lainnya (yang mungkin juga dimiliki anak) menjadi mati dan tak dapat berkembang.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan gencarnya penelitian, tidak tertutup kemungkinan akan ada tipe kecerdasan baru yang tereksplorasi. Pada tahun 1999, Gardner sedang mempertimbangkan tipe kecerdasan naturalis sebagai tipe ke-8, yaitu kemampuan untuk bekerja sama dan menyelaraskan diri dengan alam. Hal itu menunjukkan bahwa kelebihan anak Anda yang selama ini tidak pernah Anda anggap sebagai bukti kecerdasan, mungkin saja suatu hari akan dinyatakan sebagai tipe kecerdasan.

Nah, setelah membaca uraian di atas, dapatlah Anda dengan yakin menjawab pertanyaan "Apakah Anak Anda Cerdas?"

ANAK 10 TAHUN

Kebetulan anak saya beberapa bulan lagi akan mencapai usia 10 tahun. Oleh karena itu sambil melihat-lihat perkembangannya ada baiknya saya share-kan apa yang saya baca mengenai anak usia 10 tahun.

Usia ini paling cocok untuk mulai membuat agenda kegiatan sehari-hari. Biarkan seorang anak 10 tahun mengatur jam-jamnya sehari-hari. Ia mulai belajar mematuhi apa yang ia tetapkan sendiri. Orangtua tinggal bantu mengingatkan kalau beberapa agenda terlewatkan atau terlupakan.

Dalam usia ini anak mulai dapat berbicara dengan orang dewasa dalam bahasa orang dewasa, dan bicara dengan kelompoknya dengan bahasa mereka sendiri. Ia tidak lagi menyebut dirinya 'saya' tapi mulai bersifat kolektif, 'kita' dan 'milik kita.' Pelajaran ilmu bumi dan sejarah mulai menggugah minatnya, bila dilakukan dengan benar. Ia ingin eksplorasi lebih jauh dan mengenali sejarahnya sendiri. Kesukaan membaca bila dipupuk dengan benar akan tumbuh dengan pesat sekali.

Bakat musiknya berkembang pesat hampir seperti orang dewasa. Namun demikian, untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu ia masih harus mendapat bimbingan apa-apa yang harus dan sebaiknya dilakukan.

Anak usia 10 tahun mulai dalam tahap meniru orang-orang yang dikaguminya. Dalam tahap ini orangtua sebaiknya tidak menjadi instruktur lagi, tetapi menjadi penasihat bila ditanya, pendengar yang baik bila ada keluhan atau cerita-cerita, dan bila perlu menjadi sahabat dari anaknya. Ia mulai merangkai cita-citanya. Ia mengidentifikasikan dirinya dengan gambaran ideal yang dimilikinya. Tokoh-tokoh film, televisi, dan lainnya akan ia seleksi untuk dijadikan gambaran dirinya sendiri.

Anak 10 tahun senang menganggap kelompoknya sebagai yang istimewa. Sering ada rahasia-rahasia kelompok yang dijaga betul-betul. Walaupun orangtua sempat mengetahui rahasia-rahasia kelompok tersebut, sebaiknya tetap menjaga seolah-olah tidak tahu. Anak 10 tahun cepat menangkap dan mengerti saran-saran yang diberikan. Ia mulai mengerti akan hak-hak orang lain, dan sebaiknya diajarkan untuk terus-menerus menghormati hak orang lain. Dalam kelompok, kadang ia akan mati-matian mempertahankan haknya. Bila itu terjadi, sebaiknya jangan lupa memberikan pujian kepadanya.

Anak usia ini mulai mengerti akan tanggung jawab keuangan. Ia mengerti akan kekurangan atau kelebihan kondisi keuangan orangtuanya. Ia pun mengerti bagaimana "memanfaatkan" kondisi tersebut.

Orangtua dengan anak 10 tahun sebaiknya sering mengajak bicara dan diskusi. Karena bila mereka gagal membina hubungan emosional dan komunikasi dengan anaknya sampai ia menginjak usia remaja, maka biasanya hubungan dan komunikasi sudah tidak bisa lagi dibangun.

Hati nuraninya mulai terbentuk dan dapat dikendalikan. Namun ia masih melihat segala sesuatu sebagai hitam dan putih. Belum bisa mengerti yang abu-abu. Bila orangtua terpaksa menolak suatu permintaan anak usia ini, harus dikatakan dengan sejujurnya dan dengan sungguh-sungguh hati. Ia akan menangis atau sangat kecewa namun ia sudah bisa mengerti alasan-alasan yang dikemukakan orangtuanya.

Walaupun perkembangannya terlihat luar biasa, ia masih belum bisa mengerti kata-kata abstrak seperti adil, balas dendam, kemurnian hati, kemurahan hati, dsb. Melalui contoh harus diterangkan arti kata-kata seperti itu.

Agar Otak Kanan Tidak Loyo

Tomi dan Nina sudah hampir menikah. Mereka mengaku saling mencintai dan berjanji setia sehidup semati.
Untuk menjaga segala kemungkinan terburuk, mereka datang ke notaris. Sebuah perjanjian harta terpisah dibuat di atas kertas bermeterai, disaksikan notaris yang berkantor di gedung mentereng di Jakarta itu. Jadi, jika suatu ketika ternyata harus berpisah, mereka hanya bisa membawa harta yang tercatat atas nama mereka sendiri secara pribadi.
Semuanya berjalan lancar, pesta pernikahan pun mulus dilangsungkan. Dan, barangkali sebagian dari kita akan menganggapnya wajar-wajar saja di zaman yang segalanya dihitung dengan materi ini.
Namun, bagi AM Rukky Santoso, penulis buku Right Brain: Mengembangkan Kemampuan Otak Kanan untuk Kehidupan yang Lebih Berkualitas, percintaan Tomi dan Nina itu tidak wajar. Percintaan itu hanya didasari oleh perhitungan untung rugi, bukan sebuah cinta yang sejati. Hal itu terjadi karena mereka terbiasa menyelesaikan masalah hanya dengan memfungsikan otak sebelah kiri. "Segalanya hanya didasarkan atas logika," katanya.
Contoh lain, kata Rukky, adalah kecenderungan manusia hanya tergantung pada tindakan medis, pemakaian suplemen makanan dan obat-obatan untuk menjaga kesehatan. Meski, pada sebuah seminar tentang penelitian ilmu medis di Amerika, pernah diungkapkan bahwa dalam ilmu pengobatan medis modern hanya kurang lebih 25 persen yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selebihnya adalah suatu tindakan trial and error alias coba-coba. Sebaliknya, upaya untuk membentengi diri dengan menciptakan kesehatan dari diri sendiri jarang dikembangkan.
Padahal, kata Rukky, di kepala manusia terdapat tiga bagian otak, yakni otak kanan, otak kiri dan otak kecil atau otak bawah sadar. Masing-masing bagian memiliki peran dan karekter yang berbeda-beda.
Otak kiri merupakan bagian otak yang bertugas berfikir secara kognitif dan rasional. Bagian ini memiliki karakteristik khas yang bersifat logis, matematis, analitis, realistis, vertikal, kuantitatif, intelektual, obyektif, dan mengontrol sistem motorik bagian tubuh kanan.
Otak kiri memiliki karakter antara lain mengontrol gerak motorik tubuh kanan - masuk akal, sistematis, mekanis - matematis, hitung-hitungan - analisa, bahasa, gambar, kata-kata - karakter garis lurus, paralel - detil, menguasai, sasaran/target - kecerdikan, keduniawian - realita dan dominan, langsung - aktif, berorientasi pada jumlah - identitas, membaca, menulis - tujuan akhir, target sasaran - bertahap-tahap dan berdasar permintaan - kecenderungan pada diri sendiri - kecenderungan lebih ke dalam diri.
Sebaliknya, otak kanan merupakan bagian otak yang berfikir secara afektif dan relasional, memiliki karakter kualitatif, impulsif, spiritual, holistik, emosional, artistik, kreatif, subyektif, simbolis, imajinatif, simultan, intuitif, dan mengontrol gerak motorik bagian tubuh sebelah kiri.
Otak kanan memiliki karakter antara lain : mengontrol gerak motorik tubuh kiri - karakter hubungan antar manusia - akustik, bunyi,musik - artistik, seni, kreativitas - simbol-simbol, sensualitas, ruang - intuisi, imajinasi, persamaan - terus-menerus, tetap, jelas - emosi-emosi, gambaran perasaan - terbuka, mengutamakan perasaan - berorientasi pada kualitas - penggandaan dan proses - spiritual dan penampakan - peduli dengan pihak lain - kepedulian pada alam dan situasi.
Sedangkan bagian otak kecil yang berada di sebelah bawah, bertugas mirip mesin perekam seluruh kejadian yang berlangsung dalam kehidupan kita. Otak kecil seringkali mengagetkan kita dengan memberikan informasi secara tiba-tiba mengenai sesuatu yang tidak kita sadari sebelumnya.
Namun, seluruh sistem pendidikan di Indonesia serta beragam aspek kehidupan ternyata hanya mampu mengembangkan belahan otak kiri tersebut. Otak kanan bahkan hanya dipandang sebagai sesuatu yang hanya bisa mendasari seseorang untuk menjadi seniman besar. Orang yang tidak akan menjadi seniman, tidak perlu mengembangkan otak kanannya. Akibatnya, kita menjadi terbiasa berfikir dengan hanya menggunakan otak kiri.
Untuk itu, Rukky membuka Right Brain Institute of Life, sebuah pelatihan pengembangan kemampuan otak kanan, di Jakarta dan Bandung. Lembaga serupa adalah Center of the Right Brain Learning (Pusat Pelatihan Otak Kanan) yang pernah dibuka di Bogor. (Klik pula : Profil : Dua Tahap Pengembangan Otak Kanan)
Saat ini, kata Rukky, sudah ribuan orang yang mengikuti program ini. Mereka terdiri dari anak-anak hingga para doktor di universitas terkemuka seperti Universitas Trisakti dan Atmajaya, Jakarta. Para peserta terbagi dalam dua model. Model pelatihan reguler dilakukan dalam 10 kali pertemuan, sedangkan model intensif hanya dua hari, yakni Sabtu dan Minggu. Biaya pelatihan kedua model ini sama, yakni Rp.750 ribu perorang.
Metode pelatihan ini, kata Rukky, bersifat ilmiah dan relatif mudah diikuti. Ia berorientasi untuk mengembangkan aktivitas kelenjar, jaringan syaraf, insting energi serta keseimbangan di dalam tubuh. Pelatihan dimaksudkan untuk memberikan stimulus kepada bagian hormon-hormon di dalam tubuh agar berfungsi secara normal. Dengan demikian hormon tersebut akan memberikan rangsangan kepada fungsi otak sebelah kanan. Hal tersebut, menurut Rukky, dalam jangka panjang bisa memberikan kesejahteraan dalam kehidupan.
Menurut Shinto B. Adelar, M.Sc, dosen psikologi perkembangan pada Universitas Indonesia, latihan pengembangan otak kanan seperti diterapkan Rukky sangat positif. Jika otak kiri saja yang dikembangkan, orang jadi kurang imajinatif dan kurang kreatif.
Shinto juga sependapat bahwa otak kanan berkaitan dengan unsur kreativitas yang bukan hanya layak dikembangkan para seniman. Ilmuwan juga perlu mengembangkannya. "Kalau nggak, dia nggak maju. Jadi, untuk mengembangkan sesuatu untuk mencari ide-ide baru," kata Shinto.
Namun, Shinto memberikan catatan bahwa otak kiri dan otak kanan itu saling berhubungan. "Jangan salah paham bahwa otak belahan kiri dan kanan bekerja sendiri-sendiri. Jadi, meskipun pada fungsi yang khususnya, tapi masing-masing bagian itu akan lebih terbantu apabila aktivasinya dari kedua sisi," katanya. Oleh karena itu, sebaiknya dikembangkan secara bersamaan. Sehingga, kegiatan-kegiatannya seimbang menstimulasi otak kiri dan otak kanan.
Tanpa melalui lembaga pelatihan khusus otak kanan, kata Shinto, pengembangan sebenarnya bisa dilakukan lewat sebuah latihan kecil yang sederhana. Misalnya, pengembangan bahasa yang bukan hanya untuk menyebutkan tentang fakta. Namun, bahasa juga dimanfaatkan untuk menggambarkan sesuatu yang sifatnya rekaan atau imajinasi.
Cara lainnya, kata Shinto, berhitung dengan cara-cara tertentu sebagaimana dikembangkan dalam kursus sempoa, mental aritmatika, dan sejenisnya. "Misalnya, kita memberi pertanyaan, 2+4 = berapa? Lantas, anak diharapkan menghitung, berapa ditambah berapa sama dengan enam," katanya.
Salah seorang pengelola kursus sempoa di Jakarta, Muhammad Dilar Darmawan menyebutkan, sempoa memang mengembangkan belahan otak kanan. Namun, ia juga dimaksudkan untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan. "Kursus ini mencoba memaksimalkan fungsi kedua bagian otak tersebut," kata Dilar.
Sekitar 30 anak dengan umur rata-rata enam tahun yang mengikuti kursusnya akhirnya lebih percaya diri. Mereka juga mudah mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan angka. "Kecepatan berpikir mereka lebih jauh dibandingkan sebelumnya," ujar Dilar.
Apa yang dikembangkan dalam kursus otak kanan seperti milik Rukky, agaknya tidak spesifik seperti kursus sempoa atau mental aritmatika. Namun yang jelas, dengan pengembangan otak kanan inilah, hidup akan menjadi lebih berkualitas secara fisik dan psikis.
Sebagaimana dikatakan Rukky, kita kemudian akan mampu mencermati tradisi medang yang biasa dilakukan orang Jawa. Medang yang berasal dari kata wedang atau minuman adalah kebiasaan menikmati minuman hangat di petang hari sembari duduk santai di ruang terbuka. Sembari medang itulah sebenarnya mereka melakukan semacam meditasi dan kontemplasi yang akan mengaktifkan otak kanan

Agar Anak Menaati Peraturan

Tidak ada hal yang lebih membingungkan anak selain peraturan yang setiap hari berubah. Sebagai contoh, Anda mengatakan kepada anak Anda bahwa kalau makan ia harus duduk di meja makan. Tapi, ketika dia makan makanan kecil sambil berlari-larian di dalam rumah, Anda tidak menegurnya. Keesokannya, ketika dia kembali melakukan hal yang sama, Anda marah. Peristiwa semacam itu hanya akan membuatnya kebingungan.
Sebagai orang dewasa kita tahu bahwa suatu aturan ada karena memang ada alasannya. Makan di meja berarti mencegah makanan tercecer ke mana-mana dan mengotori rumah. Larangan makan sambil jalan-jalan memang terasa tidak menyenangkan untuk anak yang tak bisa diam. Lebih-lebih kalau dia juga melihat kakaknya jalan ke sana kemari sambil makan biskuit dan minum minuman ringan, dan toh Anda diam saja. Dalam benaknya anak Anda akan berpikir, “Kalau kakak saya boleh, kenapa saya tidak boleh?” Atau “Hari ini Ibu tidak marah karena saya makan sambil jalan-jalan. Jadi, besok saya juga boleh makan sambil jalan-jalan.”
Anak, dan sebetulnya juga orang dewasa, memang pada dasarnya tidak menyukai peraturan. Tapi mereka mau tahu, bagaimana yang sebenarnya, yang seharusnya. Ini tidak berarti Anda tak bisa bersifat fleksibel. Sering peraturan yang sudah ditetapkan dilanggar karena Anda dan anak-anak tahu ada sesuatu yang istimewa. Misalnya, anak Anda bisasanya harus tidur jam delapan malam. Pada suatu hari, karena kedatangan tamu dari jauh dan Anda menjamu mereka, anak-anak diizinkan tidur jam sepuluh. Keesokan hari, boleh jadi anak Anda akan minta tidur larut lagi. Di sinilah Anda harus bersikap tegas. Anda bisa berkata begini, “Ibu tahu, kamu ingin tidur larut malam lagi. Tapi kemarin malam itu adalah malam istimewa karena kita kedatangan tamu. Malam ini, kamu harus tidur seperti biasa. Lagi pula, besok kamu pasti akan ngantuk sekali kalau setiap hari tidur jam sepuluh.”
Mereka mungkin akan protes. Tapi, anak-anak tetap perlu batasan. Justru pembatasan yang tegas akan memberi mereka pemahaman karena tahu persis apa yang harus mereka lakukan dan apa konsekuensinya jika tidak dilakukan. Anak-anak justru akan sulit berhadapan dengan orang tua yang tak punya kepastian dan tak bisa ditebak. Hari ini begini, besok lain lagi.
Konsistensi menciptakan rasa damai di hati anak. Konsistensi juga memudahkan orang tua di saat menghadapi situasi yang sulit. Banyak orang tua mengeluh tak tahu anaknya mau diapakan lagi padahal semua cara sudah dicoba. Dalam hal ini, tidak jarang, kesalahan orang tua adalah mencoba terlalu banyak cara dalam jangka waktu yang singkat. Perubahan cara dalam waktu singkat itu bisa ditangkap oleh anak sebagai inkonsistensi. Sebagai contoh, untuk mengatasi anak yang suka ngamuk kalau marah, Anda mungkin mencoba dengan memukulnya. Esok harinya, Anda coba mengurungnya di kamar. Kali lain, Anda meneriakinya. Cobalah menggunakan strategi yang efektif dengan cara menerapkannya secara konsisten selama simnggu. Misalnya, setiap kali anak Anda ngamuk, Anda akan mengurungnya di kamar. Kali berikut, kalau dia mulai ngamuk lagi, katakan dengan tenang apa yang akan terjadi kalau dia ngamuk lagi. Anak akan belajar. Jadi, pertahankan peraturan ini.
Sikap tidak konsisten juga bisa terjadi antara ayah dan ibu. Ini harus dihindarkan. Anak bisa mencoba-coba menggunakan taktik mengadu domba ayah dan ibunya. Karena itu, sebaiknya orang tua sudah mempunyai kesepakatan tentang peraturan yang harus dijalankan di rumah. Jika Anda marah, anak tak akan minta pembelaan ayah atau ibunya.

10 Busana Orangtua yang Mempengaruhi Anak

Gagasan baru yang bisa digunakan oleh para orangtua sebagai salah satu kiat jitu untuk menghadapi anak-anak tercinta di rumah adalah apa yang disebut sebagai Dasa Busana atau 10 pakaian. Artinya, orangtua hendaknya dapat mengenakan busana atau pakaian tertentu yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya.

Dengan mengenakan busana yang berbeda, orangtua dituntut dapat menyesuaikan sikap dalam menghadapi anak-anak sesuai dengan ciri orang yang biasa mengenakan busana tersebut.

Ide teori Dasa Busana ini diilhami teori Six Thinking Hats-nya Eduard de Bono. Seseorang, dalam berpikir, perlu mengenakan topi yang warnanya saling berbeda. Sementara di sini, penekanannya adalah bahwa dalam berinteraksi dengan anak-anak, orangtua perlu memiliki suatu sikap konkret yang mendorong suatu bentuk perilaku tertentu. Sikap itu bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.

Untuk memudahkan seseorang mengubah sikapnya dan menyesuaikan dengan kondisi yang sedang berlangsung, seseorang juga harus mengganti baju atau busana yang sedang dipakai-nya. Sebab, baju yang dipakai mencerminkan sikap yang seharusnya ditampilkan.

Inti dari Dasa Busana ini secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut.

Busana Polisi
Seorang polisi tugasnya adalah melayani, mengayomi, dan melindungi masyarakat agar warga masyarakat dapat hidup tenang dan dapat menjalan-kan tugas-tugasnya sehari-hari dengan perasaan aman. Seorang polisi yang -profesional menjalankan semua tugas dengan penuh senyum dan ringan hati.

Lalu, bagaimanakah sikap seorang ibu atau ayah yang mengenakan busana seragam polisi? Tentu saja sesuai dengan sikap yang ditunjukkan oleh para anggota polisi profesional tadi, yaitu penuh dengan senyuman dan tetap semangat dalam melindungi, melayani, dan mengayomi putra-putrinya di rumah.

Kehadiran orangtua yang bersikap seperti halnya polisi profesional akan membuat anak-anak di rumah merasa nyaman dan aman. Suasana aman seperti ini akan membuat anak-anak lebih tenang serta dapat tumbuh dan berkembang secara lebih optimal sebagai individu yang memiliki berbagai potensi unggul. Dalam hal demikian, orangtua dapat memakai busana polisinya.

Busana Guru
Seorang guru tugasnya mengajar dan membimbing murid-murid agar mengerti suatu mata pelajaran berdasarkan kurikulum yang telah disusun dengan cermat. Melalui kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru, murid jadi lebih mengerti mengenai suatu konsep dan bertambah pintar.

Bagaimanakah sikap seorang ibu atau ayah yang mengenakan busana guru?

Sikapnya adalah dengan penuh kesabaran mengajarkan berbagai hal kepada putra-putrinya hingga akhirnya anak-anak pun lebih mengerti dan bertambah pintar. Dalam hal ini, orangtua pun dituntut untuk mengerti dan menguasai apa yang perlu diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya kepada anak-anaknya. Kemudian, dengan penuh kasih sayang mengajarkan kepada anak-anak itu secara bertahap hingga akhirnya anak-anak pun mulai mengerti.

Dengan memakai busana guru, orangtua dituntut untuk mengajarkan berbagai hal kepada anak sebagai "murid" di rumah, baik menyangkut hal yang sifatnya kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Busana Hakim
Tugas seorang hakim adalah memutuskan suatu perkara secara adil. Sikap seorang hakim profesional adalah tegas dalam mengambil keputusan setelah mempertimbangkan semua aspek secara objektif berdasarkan pengamatannya yang cermat atas semua fakta yang ada. Tentu saja seorang hakim harus jujur dan bersih sehingga mampu mengambil keputusan secara bersih pula.

Lalu, bagaimana sikap orangtua yang mengenakan busana ini?

Terhadap berbagai masalah dalam keluarga, orangtua hendaknya juga bersikap adil, tegas, dan berwibawa seperti layaknya seorang hakim. Terhadap anak-anak, tentu tidak tepat kalau orangtua bersikap pilih kasih. Misalnya, hanya anak yang penurut yang selalu dibela, sementara anak yang sering membantah atau kurang penurut malah cenderung untuk selalu disalahkan.

Layaknya seorang hakim, seyogianya setiap orangtua juga bersikap adil terhadap semua anaknya di rumah.

Busana Pramuka
Seorang anggota pramuka adalah sahabat sejati dan penuh rasa setia kawan. Ia senantiasa kompak dan bersatu dengan teman-teman sesama anggota pramuka. Saling menghargai dan bisa bekerja sama dalam setiap situasi, baik saat gembira maupun saat menghadapi kesulitan.

Inilah hal yang perlu diperhatikan oleh para orangtua apabila mengenakan busana seragam pramuka. Artinya, sikap terhadap anak adalah sikap terhadap seorang teman, penuh rasa persahabatan. Tidak sok kuasa atau sewenang-wenang.

Seorang anggota pramuka selalu bekerja sama dan bergotong royong menghadapi setiap masalah. Begitu pula yang harus dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya apabila mengenakan busana ini. Menganggap anak sahabat sejati yang bisa diajak kerja sama dengan kompak, bukannya sebagai subordinat yang bisa diperintah secara sewenang-wenang.

Busana Sekolah
Seorang murid atau anak sekolah mempunyai sikap rendah hati dan mau belajar dengan tekun. Ia amat menghormati gurunya serta mau mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru dengan penuh perhatian.

Bagaimana halnya dengan orangtua yang mengenakan busana ini?

Orangtua yang mengenakan busana sekolah hendaknya juga mau tampil rendah hati. Artinya, berani menghargai anak, juga sebagai guru yang perlu diperhatikan ajaran-ajarannya. Ajaran-ajarannya? Sebagai guru? Mungkin ada yang bertanya, apa tidak salah? Mana mungkin anak yang masih ingusan sampai kita anggap sebagai guru? Apa bukan mengada-ada?

Bukan. Meskipun masih anak-anak, banyak hal positif yang dapat kita pelajari dari mereka. Misalnya kejujurannya. Pada dasarnya, setiap anak jujur dan berani mengatakan suatu kebenaran tanpa takut sedikit pun. Bukankah kita semua perlu belajar pada anak mengenai kejujuran?

Lalu, kreativitas. Hampir semua anak di dunia memiliki kreativitas alamiah yang sangat cemerlang. Ciri-ciri kreativitas, seperti bebas dalam berpikir, tidak takut salah, berani mengambil risiko, spontan, imajinatif, dan rasa ingin tahu yang besar sangat lekat dengan kehidupan anak-anak. Nah, bukankah dalam hal ini pun kita perlu belajar pada anak-anak kita sendiri?

Dengan mengenakan busana seragam sekolah, setiap orangtua perlu bersikap rendah hati, mau belajar berbagai hal baru, dan cermat mendengarkan apa-apa yang dikatakan oleh anak-anak kita di rumah.

Busana Olahraga
Seorang olahragawan profesional selalu rajin berlatih, energik, lincah, gesit, serta memiliki sikap sportif. Ia berusaha untuk memenangkan pertandingan. Namun, apabila kalah, tetap berani mengakui kekalahannya dan mau memuji lawannya yang lebih unggul.

Para orangtua yang mengenakan busana olahraga sikapnya pun hendaknya sama sebagaimana para olah-ragawan tadi. Dalam menghadapi anak-anaknya, orangtua hendaknya tidak menampilkan sikap mau menang sendiri di samping kita perlu berusaha untuk senantiasa tetap sehat, melatih berbagai ketrampilan kita (khususnya dalam menghadapi anak), juga tidak mudah menjadi berang atau ngambek apabila sesekali terpaksa harus "kalah" dengan anak-anak.

"Pertandingan" dengan anak hendaknya tetap bisa dilihat dari kacamata seorang olahragawan. Kemenangan harus direbut secara sportif melalui keunggulan masing-masing pihak, dan bukannya kekuasaan secara otoriter.

Busana Badut
Seorang badut senantiasa menampilkan gerakan dan perilaku yang lucu sehingga membuat orang lain senang dan terhibur. Humor yang ditampilkan oleh seorang badut akan membuat orang lain merasa aman secara psikologis, terangsang untuk lebih kreatif, dan akhirnya akan dapat mengembangkan berbagai potensinya secara lebih optimal.

Orangtua yang mengenakan busana badut akan bersikap penuh humor dan menciptakan suasana gembira di tengah anak-anak tercinta di rumah, bukannya justru sikap yang serba angker atau terlalu serius. Dengan mengenakan busana badut, juga terkandung sikap kreatif dalam menghadapi anak. Penuh dengan ide cemerlang yang bisa membuat anak termotivasi untuk melakukan berbagai hal positif sebagaimana dikehendaki oleh orangtua.

Busana Manajer
Seorang manajer akan melakukan berbagai kegiatannya secara profesional, mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi kegiatan. Dengan cara demikian, diharapkan semua kegiatan dapat terlaksana secara lebih efektif.

Begitu pula hendaknya para orangtua yang mengenakan busana manajer. Diharapkan mereka dapat bertindak lebih sistematis, merencanakan berbagai program kegiatan untuk anak-anaknya, mencatat secara teliti setiap tahap perkembangan anak, sampai dengan mengevaluasi berbagai rencana yang telah dilakukan.

Anak-anak yang memperoleh pengarahan kegiatan secara jelas dan teratur akan merasa lebih tenang dan mudah mengembangkan dirinya secara lebih optimal.

Busana Dokter
Seorang dokter tugasnya mengobati penyakit sang pasien. Dengan sangat teliti, seorang dokter akan memeriksa keadaan penyakit pasien, kemudian berdasarkan keahliannya ia mendiagnosis penyakit tersebut lalu terakhir memberikan resep atau mengobatinya. Semua tentu dilakukan dengan penuh kasih sayang.

Demikian pula hendaknya sikap orangtua yang mengenakan busana dokter. Anak-anak, sebagai individu yang tengah tumbuh, bagaimanapun masih penuh dengan kekeliruan dalam melangkah. Dalam hal demikian, bukanlah sikap yang kasar atau kemarahan yang diharapkan oleh seorang anak, tetapi justru upaya penuh kasih sayang untuk "mengobati" kesalahan-kesalahan tersebut. Membuat anak tumbuh lebih sehat dengan memberikan "vitamin" mental kepada anak adalah salah satu sikap seorang ibu atau ayah yang mengenakan busana dokter.

Busana Santai
Seseorang yang mengenakan busana santai berarti juga dalam suasana santai, tidak harus menjalankan suatu profesi tertentu dan juga tidak harus bersikap serius. Dalam hal demikian, ia bebas memikirkan dirinya sendiri, apakah akan menonton TV, duduk di teras, atau bahkan tidur-tiduran di sofa. Tidak ada target yang harus dicapai pada saat mengenakan busana santai ini.

Nah, orangtua yang mengenakan busana santai seperti ini juga bebas mengekspresikan dirinya, bukan lagi dibebani dengan statusnya sebagai orangtua. Artinya, saat itu ia betul-betul hanya memikirkan dirinya sendiri. Apakah akan pergi shopping, bermain golf, memancing, nonton film, arisan, atau apa pun yang disukainya. Dengan mengenakan busana santai, orangtua memperoleh kesempatan untuk berkembang menjadi dirinya sendiri. Tidak harus terpaku dengan statusnya sebagai orangtua secara terus-menerus yang akan membuat akhirnya menjadi stres.

Demikianlah ke-10 busana yang seyogianya dapat dipakai oleh para orangtua sesuai dengan kondisi dan situasi yang tengah dihadapinya. Diharapkan, dengan mengandaikan diri sedang mengenakan busana-busana tersebut, orangtua akan dapat lebih mudah mengatur sikapnya sesuai dengan keadaan sehingga anak-anak akan merasa lebih dihargai dan lebih bahagia.