MEDIA PERIKLANAN

Jumat, 28 Agustus 2009

Khidmat Manaqib

Ust Drs Wahfiudin SE MBA
11 Rajab 1430 H

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar sifat-sifat yang dimiliki oleh para Rasul yaitu shidiq, amanah, tabligh, fathonah. Tetapi kalau kita buka suatu ayat dalam Al-Qur'an ada beberapa sifat Rasul yang disebutkan langsung oleh Allah. "laqod jaa akum rasulum min angfusikun 'azizun 'alaihim ma 'anitum". Sifat Rasul tersebut adalah merasakan penderitaan umatnya (empaty). Begitu payahnya Rasul menyaksikan penderitaan anak-anak yatim, fakir miskin. Maka beliau sering mengasingkan diri, beliau naik ke atas jabal nur, beliau diam di dalam goa. Rasul seakan sedang menonton kebiadaban politik, kekejaman kekejaman dan penderitaan penderitaan yang terjadi pada waktu itu. Nabi melakukan perenungan (kontemplasi). Setelah beliau melakukan perenungan akhirnya Nabi mendapatkan petunjuk. Setelah beliau mendapatkan petunjuk lalu beliau turun dan dengan petunjuk itu beliau melakukan perubahan (aksi) meskipun beresiko tinggi. Beliau disebut gila, perusak tatanan masyarakat, penghancur peradaban nenek moyang, diludahi, dicaci maki, diusir, dan hampir dibunuh. Beliau bangun harokah dakwah, beliau atur kader, beliau utus diploma untuk berdiplomasi dengan Negara tetangga,beliau siapkan jaringan perdaganagan, pasukan militer dan adakalanya beliau harus memimpin peperangan langsung. Akhirnya terbentuklah masyarakat baru, masyarakat yang berdasarkan tamaddun (peradaban modern). Selanjutnya beliau barengi aksinya aksinya berdasarkan cinta kasih (afeksi)..

Apa yang dilakukan Nabi ditiru oleh para mursyid kita baik Abah sepuh atau Abah Anom terlihat dalam tanbihnya : "Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin. Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid : berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara. Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara"..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar